Senin, 02 Maret 2009

Insan Luar Biasa Seri II

Aku mencari kesempatan, bukan perlindungan
Aku tidak ingin menjadi warga yang terkungkung, rendah diri dan terpedaya
Karena dilindungi pihak berkuasa (bait 2)
Seorang insan luarbiasa senantiasa mencari kesempatan, kesempatan adalah peluang. Memanfaatkan setiap peluang yang datang, bahkan selalu mencari peluang.... karena setiap peluang adalah kesempatan untuk hidup dan berkembang. Peluang dapat kita temukan di kantor, pabrik, halte bus, stasiun KA, ruang tunggu bandara, di setiap ruang-ruang publik bahkan di jalan-jalan kehidupan kita sehari-hari. Peluang tersebut dapat menjelma menjadi orang cacat yang tidak mampu lagi bekerja, tukang sapu jalan yang bekerja di tengah terik mentari atau guyuran hujan lebat, anak-anak jalanan yang mengais rizki dari tong-tong sampah (ini adalah peluang bagi kita untuk berbuat kebaikan, membagi energi positif). Peluang tersebut dapat pula menjelma menjadi orang jahat yang memfitnah kita, manusia bengis yang bahkan hampir mencelakakan kita (ini adalah peluang bagi kita untuk melatih ilmu memaafkan). Peluang dapat pula menjelma menjadi seorang ibu tua renta yang sedang berusaha menyeberang jalan, atau bahkan menjelma menjadi anak-anak di rumah yang butuh perhatian kita, orang tua kita yang sudah renta dan tak mampu lagi bergerak apalagi berjalan (Ya Allah, saya seringkali melupakan ini.... ampuni hambaMu ini Ya Allah). Peluang-peluang tercipta bagi kita dimana orang lain menghadapi "keterbatasan" (kita dapat menjadi mata, telinga, mulut bagi orang lain). Ada orang yang karena keterbatasan "mata"nya tidak dapat melihat segala keindahan dunia ini, kita dapat memilih untuk menjadi mata baginya. Ada orang yang tidak bisa mendengarkan nada-nada alam yang indah, kita dapat menjadi telinga baginya. Atau bahkan ada orang yang tidak mampu berucap apapun karena lidahnya kelu dan mulutnya tak bisa berbicara alias bisu, kita dapat menjadi mulut yang menyuarakan jeritan hatinya. Pada dasarnya, segala sesuatu di dunia ini tercipta menjadi peluang bagi kita bila kita mau memandangnya dari kacamata positif.
Tetapi kita juga melihat orang yang hidupnya senantiasa mencari perlindungan, selama sembilan bulan sepuluh hari didalam rahim ibu kita rupanya tidak cukup memberi perlindungan baginya. Masa kanak-kanak dia butuh perlindungan orang tua, masa remaja dia butuh perlindungan bahkan mungkin dari teman sahabat sebayanya. Namun demikian, sering terjadi setelah dewasa pun banyak dari mereka yang tetap mencari perlindungan, cari aman. Kita berkaca dari misalnya kesebelasan sepakbola kita, dimana para pemain belakang biasanya memberi safety first kepada kiper. Didalam bekerja, banyak orang mencari "cantolan" tempat bergantung, tempat berlindung.... tidak yakin dengan kompetensi diri yang dimilikinya. Bahkan tidak sedikit yang berlindung dengan menadahkan tangan tanpa berusaha sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain, tidak mau capek, tidak mau kerja keras, mau enaknya sendiri (bahkan seringkali memanfaatkan rasa kasihan, rasa bersalah orang lain, bersikap sebagai drakula/vampir emosi yang menyedot emosi positif orang lain)
Aku tidak ingin menjadi warga yang terkungkung..... siapa yang mengungkung kita selama ini? atasan, pimpinan, orang tua? Sesungguhnya yang mengungkung kita adalah "pikiran" kita, orang bijaksana mengatakan : "you are what you think" (anda adalah apa yang anda pikirkan). Seringkali kungkungan itu berbentuk : pendidikan kurang, orang tua miskin, isteri atau suami tidak mendukung dll. Nah, bila kita berpikir hal-hal tersebut maka kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan. Mau positif atau negatif, kitalah yang menentukan! Jangan serahkan kehidupan kita, kebebasan kita kepada faktor-faktor yang dari luar.
Rendah diri..... berbeda dengan rendah hati, rendah diri adalah faktor penghambat kemajuan kita (seringkali rendah diri adalah ekspresi dari "kesombongan" hati); Rendah diri muncul karena kita seringkali membanding-bandingkan diri kita, apa yang kita miliki dengan orang lain serta apa yang mereka miliki.
Terpedaya..... kalau kita sudah dikuasai dengan rasa rendah diri, maka kita akan senantiasa terpedaya olehnya, kita tertipu oleh fatamorgana kehidupan..... seolah-olah orang selalu bersikap mengecilkan diri kita.
Karena dilindungi pihak berkuasa...... nah, pihak berkuasa ini adalah pikiran kita sendiri (bukan penguasa pemerintahan, bukan penguasa sebagai atasan ditempat kerja.... bukan juga dosen atau rektor killer)
Jadi, marilah tundukkan diri kita hanya pada penguasa dari segala sesuatu yang berkuasa, Sang Maha Kuasa; Biarlah diri kita semakin kecil, sehingga KuasaNya akan semakin jelas terlihat. Lepaskanlah segala kungkungan yang selama ini memenjarakan kita, dan raihlah kebebasan berkehendak sebagai Insan Luar Biasa !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar