Senin, 30 Maret 2009

Pembelajar Sukses Mulia Membangun Jembatan 4: HELP dan Perubahan

PEMBELAJAR SUKSES MULIA MEMBANGUN JEMBATAN
Jembatan 4 : HELP dan Perubahan

Jembatan keempat adalah HELP yaitu singkatan dari hard, empathy, love dan personal sebagai cara untuk merubah/memperbaiki diri sendiri atau orang lain. Untuk memperbaiki orang dan diri sendiri pertama-tama perlu keras, bandingkan dengan Wiyogo Atmodarminto pada saat akan menghapus becak dari DKI, dia keras meskipun ditentang oleh DPRD DKI. Ingatlah situasi dimana pada waktu anak kita sakit batuk-pilek, dan dia memaksa minta beli eskrim waktu kita bawa supermarket, apakah kita akan membelikannya? (biasanya atas nama cinta, perhatian dan sebagainya maka kita membelikannya); Berapa sering –dengan berkedok cinta, sayang, kasihan- kita membiarkan saat anak buah melakukan kesalahan dan tidak berani menegor, mengingatkannya? Bertindak keras bukanlah berarti menyiksa, melakukan kekerasan secara fisik !!! Tetapi lebih diartikan sebagai asertif, tegas dan berprinsip.
Tetapi setelah bisa keras, Wiyogo juga berempati, kalau saya jadi abang becak, setelah becaknya dirumponkan, saya mau ngapain? Maka dia mencoba menempatkan dirinya sebagai abang becak itu, akhirnya dia mempermudah proses mendapatkan SIM, mempermudah kredit kendaraan bermotor, mendirikan kursus perbengkelan dll.
Berempati berarti mencoba “meletakkan kaki” kita di sepatu orang lain yang mau kita perbaiki, sulit dan nggak enak pasti! Tetapi bila kita menginginkan perubahan, kita harus bisa! Mencoba memahami orang lain dari sudut pandangnya. (Bandingkan dengan sikap sebagian besar masyarakat kita yang senang menonton penderitaan orang lain, contoh: musibah Situ Gintung, Cireundeu, Ciputat)
Untuk merubah orang lain, perlu juga disertai dengan Love, kasih sayang yang mengandung kekuatan yang luar biasa, yang mampu menggerakkan seorang nenek tua renta untuk membagi kasih kepada orang-orang terlantar di kota Kalkuta, ia adalah pemenang hadiah Nobel, Ibu Teressa. Kekuatan kasih sayang itu pulalah yang menggerakkan seorang ibu yang pulang kerja meskipun lelah menemani anaknya belajar, demikian juga sang ayah. Bila kita bekerja disertai dengan “Love” maka apapun yang kita kerjakan, seberat apapun pekerjaan tersebut…. Akan terasa ringan dan menyenangkan.
Dan terakhir lakukanlah dengan personal, secara pribadi, seni menegur anak buah –janganlah lakukan didepan teman-temannya-. Jangan membandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain, karena hal itu akan melukai! Bila ingin memperbaiki seseorang, janganlah berteriak-teriak, tetapi lakukanlah secara personal.
Selanjutnya, darimana perubahan itu harus dimulai?
Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, karena menurut Plato “tidak ada seorang Imam, Kiai, Pastor, Pendeta, Ulama manapun dapat merubah seseorang apabila orang tersebut tidak mau berubah”.
“Bila ingin memperbaiki dunia, perbaikilah terlebih dahulu manusianya”. Bila anda ingin memperbaiki dunia kerja anda, dunia kehidupan di sekitar anda, mulailah terlebih dahulu dengan memperbaiki manusianya, dan manusia itu adalah diri anda sendiri!!
Untuk memperbaiki dan merubah diri sendiri tentunya perlu melakukan “mapping pribadi”, lakukan pemetaan diri, kenali kelemahan-kelemahan saya. melihat segi-segi kelemahan selama ini yang menganggu perjalanan hidup dan karir saya. Apabila ada orang yang sakit perut, kemudian datang ke dokter, tentunya dokter akan melakukan “diagnosa dan anamnese” serta bertanya “apa yang anda rasakan”. Tentunya si sakit akan mengatakan perut saya sakit dokter, dan bukannya kepala saya sakit. Karena bila salah diagnosa, tentunya obat yang diberikan pun akan salah pula. Oleh karena itu jadilah anda dokter bagi diri anda, temukan penyakit-penyakit anda, dan setelah itu barulah anda akan mendapatkan resep yang tepat untuk sakit tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar