Selasa, 17 Maret 2009

Jembatan 3 Kebahagiaan dan Sikap Positif

PEMBELAJAR SUKSES MULIA MEMBANGUN JEMBATAN
Jembatan 3 : Kebahagiaan dan Sikap Positif

Bila Anda membuka pintu – bagian mana yang terpenting – dari pintu tersebut? Mungkin Anda akan menjawab “Daun pintu”, “Handel”, “Kunci”. Sebenarnya yang terpenting adalah “engsel”, dua buah benda kecil yang menyangga pintu tersebut agar tetap berfungsi sebagai pintu. Seringkali kita tidak mempedulikan hal-hal sepele, hal-hal kecil dan tidak terlihat (seperti engsel pada pintu tersebut) didalam kehidupan kita.
Saat saya bertanya kepada sekelompok orang : Apakah Anda ingin bahagia? apakah orang-orang disekeliling Anda saat ini, entah sopir angkot, satpam, manajer, direktur, siapapun mereka juga ingin bahagia?, apakah penghuni penjara ingin bahagia ?, apakah orang tua dan orang-orang lain yang anda cintai dan mencintai anda, mereka juga ingin bahagia ? Tentu jawaban yang akan Anda berikan kepada saya adalah “Tentu saja, semua orang ingin bahagia”
Pertanyaan berikutnya adalah mengapa semua orang ingin bahagia ? Mungkin jawaban yang muncul ber macam-macam : bahagia itu tujuan setiap orang, bebas, dapat kesenangan dll. Secara essensial-mendasar jawabannya adalah “because we are created to be happy” (semua orang diciptakan untuk berbahagia). Karena pada saat diciptakan sesungguhnya Sang Pencipta telah memberikan kebahagiaan itu!
Lalu, apakah semua orang sudah bahagia? Anda mungkin akan menjawab belum, kalau begitu mana yang lebih banyak, yang sudah bahagia atau yang belum bahagia? Sebagian besar diantara Anda mungkin menjawab yang belum bahagia lebih banyak. Mengapa bisa demikian? padahal kita semua diciptakan untuk berbahagia!!!
Jadi, apa yang membuat orang berbahagia ? (cobalah Anda membuat sebuah daftar)
Alkisah ada seorang bapak yang sukses dalam hidupnya, memiliki 4-TA(harTA, takhTA, kaTA, cinTA) yang tinggi, pada waktu anaknya diwisuda jadi dokter, sang Bapak mengatakan belum bahagia, dia akan bahagia bila anaknya sudah menikah dan punya anak. Pada saat anaknya lahir (cucunya), ternyata dia masih tetap mengatakan belum bahagia. (dia hanya bercita-cita untuk berbahagia) Beberapa waktu kemudian, sang kakek masuk ICU; Waktu teman-kerabat mem-bezoek, seluruh tubuhnya dipenuhi selang, di hidung, di tangan, di mulut, selang kateter untuk membuang air kemihnya. Pada saat saya masuk, dia berbisik agar jangan seperti dia! (saya menangkap maksudnya, jangan hanya bercita-cita untuk berbahagia…..tetapi jalanilah kebahagiaan itu). Untung waktu dimakamkan, anaknya tidak menuliskan dibatu nisannya : “Disini berbaring ayahanda kami, yang bercita-cita untuk berbahagia.”; Anaknya menuliskan :”Disini berbaring ayahanda kami yang berbahagia.”
Jadi, kapan Anda akan berbahagia ? Saya khawatir jawaban Anda akan sama seperti sang Bapak dalam kisah diatas. Sesungguhnya “kita semua tanpa terkecuali tidak punya hari esok”, karena apabila nanti malam Anda tidur, bisa jadi besok Anda tidak bangun lagi; Hari esok masih menjadi milik Sang Pencipta, belum menjadi milik kita!. Jadi untuk berbahagia adalah hari ini (mas Arvan Pradiansyah mengatakan “If you want to be happy, be happy now !) jangan tunda besok, karena hari esok belum menjadi milik kita.
Suatu hari, seorang sastrawan terkenal Mark Twain yang senantiasa mencari inspirasi di beranda depan rumahnya setiap pagi mendapatkan pengalaman yang sangat berharga! Saat itu lewat seorang tukang ikan menawarkan ikan kepadanya, akan tetapi dia tidak mau. Kemudian pukul 10.00 pagi saat tukang ikan ini akan pulang, kembali menawarkan ikan kepada Mark Twain, dia tetap tidak mau beli.
Sampai pada hari ketiga, pada saat tukang ikan itu akan pulang pukul 10.00, dia kembali menawarkan ikan kepada Mark Twain, dan akhirnya karena kegigihan tukang ikan itu, dia menyuruh isterinya untuk membeli dan menggorengnya untuk mereka makan nanti siang. Saat makan, Mark Twain hampir muntah, karena rasa ikan itu sudah tidak enak sama sekali! Dengan demikian acara makan siang itu jadi berantakan. Keesokan harinya, tukang ikan itu lewat lagi dan menawarkan ikan kepada Mark Twain; Nah, ini kesempatan untuk memarahi tukang ikan itu, pikir Mark Twain. Maka dia memanggil dan memarahinya: “Ikan yang kamu jual kemarin rasanya tidak enak sama sekali!” Tukang ikan itu kemudian menjawab : “Tuan, sehari –dua kali- saya menawarkan ikan itu kepada Tuan. Jadi jangan salahkan saya kalau pada hari ketiga Tuan baru membelinya dan rasanya sudah tidak enak sama sekali!”. Para pembaca yang budiman, sehari 24 jam, dikali 60 menit, dikali lagi 60 detik, bahkan 72 detak (karena setelah detik masih ada detak, detak jantung yang adalah nyawa kita) kebahagiaan itu ditawarkan kepada kita dan kita menolaknya!!, sadar atau tidak sadar. Sekarang coba Anda pegang pergelangan tangan Anda masing-masing, rasakan ada sesuatu yang berdetak, itulah detak jantung Anda, dan sekarang cobalah Anda suruh berhenti! Bisa ??? Bisa ???!!! Tidak bisa tentu!! Demikian pula sebaliknya, apabila dia mau berhenti, Anda minta jangan berhenti dulu, karena masih ada hal-hal yang masih harus Anda kerjakan, masih ada orang-orang yang harus Anda bahagiakan….itu juga tidak mungkin!!! Oleh karena itu, saat inilah satu-satunya waktu untuk berbahagia, jangan tunda!! (seperti dikatakan Dr.Sun Yat Sen : “janganlah menunda apa yang dapat anda kerjakan hari ini, karena hari esok ada masalahnya sendiri yang harus diselesaikan”)

Kebahagiaan itu ada dimana? Abraham Lincoln mengatakan “Setiap orang dapat berbahagia, sebanyak diputuskan oleh pikirannya.”. Menghadapi situasi yang sama, dua orang bisa jadi merasakan hal yang berbeda, yang satu berbahagia dan satunya lagi menderita. Hal ini tergantung, bagaimana pikirannya memutuskan. Alkisah pada tahun 1998 (saat krisis ekonomi melanda Indonesia) ada dua orang karyawan yang kena PHK dari sebuah bank, mereka masuk di bulan dan tahun yang sama, kena PHK juga di bulan dan tahun yang sama; Yang satu mati bunuh diri setelah terima uang pesangon, yang satunya lagi dalam kurun waktu 2 tahun berikutnya sukses sebagai petani/peternak cacing. Apa yang dialami oleh kedua orang tersebut sama persis, jadi bukan apa yang terjadi pada kita yang akan menentukan kualitas diri kita melainkan setiap respons yang kita berikan.
Kebahagiaan itu bersifat menular (ada snowballing effect, efek bola salju….bila anda menggelindingkan bola diatas salju makin lama ia akan makin membesar) demikian juga ketidak bahagiaan. Suatu hari seorang karyawan yang dimarahi boss di kantor, membawa pulang ketidakbahagiaan itu, lalu di rumah dibagikannya kepada isterinya, isterinya membagikannya kepada puteranya, puteranya membagikannya kepada kucing yang sedang melintas di dapur. Bila Anda nonton film di dalam bioskop, film apa yang Anda sukai?, yang berakhir dengan tangis dan air mata, atau yang berakhir dengan tawa dan kebahagiaan? Semuanya suka yang berakhir bahagia (happy ending), karena sifatnya yang menular itu. Jadi, marilah kita mulai menularkan kebahagiaan satu sama lain, dan hindari penularan ketidakbahagiaan. Goethe (seorang pujangga Jerman) mengatakan bahwa “kebahagiaan bukanlah sukacita yang sementara, melainkan suatu kekuatan rahasia yang berkesinambungan” (semakin ditularkan, ia akan semakin membesar…..membesar)
Kebahagiaan adalah ibarat taman, sedangkan kesenangan ibarat tumbuhan yang tumbuh di taman itu, bila tumbuhan nya menjadi terlalu lebat tentu harus dipangkas sehingga tampak kembali asri. Untuk berbahagia, kadangkala kita harus memangkas kesenangan-kesenangan kita (contoh : saya senang nonton film di bioskop, tetapi suatu saat saya harus menemani anak saya yang sedang ulangan umum daripada memaksakan diri nonton film di bioskop dan meninggalkan anak)
Kebahagiaan juga lebih menyangkut perasaan dan pikiran, bagaimana reaksi/respons kita terhadap suatu keadaan, itulah yang lebih mempengaruhi kebahagiaan/ketakbahagiaan kita; Jadi kebahagiaan itu adalah :
1. Situasi terpenuhinya kebutuhan mendasar manusia (sandang, pangan, papan), dan bukan “keinginan” (karena keinginan manusia tidak pernah terpuaskan)
2. Lebih menyangkut perasaan/pikiran, sehingga bagi setiap orang hal-hal yang mendatangkan kebahagiaan itu berbeda.

Menurut Dr.Albert Schwetzer, untuk berbahagia perlu :
1. Mencintai dan Melayani
Pertama-tama adalah mencintai diri sendiri (misalkan saya mau memberi uang kepada seseorang, tetapi saya tidak punya uang maka saya tidak bisa memberikannya), baru kemudian saya bisa mencintai orang lain. Untuk mengenal seseorang, saya perlu waktu berapa lama? Satu bulan, dua bulan atau satu tahun, dua tahun? Ternyata untuk mengenal seseorang kita memerlukan waktu lama. Kemudian berapa lama, saya pergunakan waktu untuk mengenal diri sendiri? Ternyata cukup banyak orang bahkan boleh jadi Anda sendiri belum mengenal dirinya sendiri, jati dirinya. (Dalam pewayangan, Bima bahkan melintasi 7 samudera untuk menemukan jati dirinya yaitu Dewa Ruci). Dag Hammersjkold (mantan sekjen PBB yang wafat tahun 1961) mengatakan bahwa perjalanan umat manusia yang terjauh bukan dari bumi menuju planet, melainkan perjalanan menuju inti dirinya sendiri, menemui jati dirinya. Bahkan 4 abad sebelum masehi (tahun 399 SM), seorang filsuf yang bernama Socrates berkata bahwa hidup yang tidak pernah dipertanyakan, tidak layak untuk dijalani. Jadi, bila Anda telah hidup 40 tahun, 50 tahun dan belum pernah mempertanyakan kehidupan Anda itu, maka tahun-tahun yang sudah Anda lalui itu tidak layak untuk dijalani!!
Jadi, marilah kita mencoba untuk mengenali diri kita :
Q Siapa Saya ?
Saya adalah terdiri dari : fisik, mental, emosi dan rohani. Keempat faktor ini harus dikembangkan secara seimbang; Fisik bisa dikembangkan dengan menjamurnya klub-klub kebugaran jasmani; Mental bisa dikembangkan selain lewat sekolah/kursus formal, bisa juga lewat bacaan-bacaan; Emosi bisa dikembangkan lewat diri sendiri; Rohani dikembang-kan lewat sarana-sarana peribadatan.
Yang terpenting adalah hukum keseimbangan, karena kita melihat contoh-contoh orang yang hidupnya tidak seimbang akhirnya berakhir dengan tragis (seperti Elvis Presley, Mike Tyson, dll)





Q Darimana Saya berasal ?
Sebagian besar dari Anda, pembaca yang budiman, mungkin akan menjawab sesuai dengan daerah asalnya masing-masing. Tetapi saya mau mengatakan : saya tidak tahu tempatnya dimana, akan tetapi sekian puluh tahun yang lampau ditambah sembilan bulan sepuluh hari, kedua orangtua anda melakukan hubungan yang sangat mulia untuk mengembangkan jumlah umat manusia. Jadi anda berasal darimana ? (beberapa diantara anda mungkin menjawab dari rahim ibu). Bila demikian, simaklah sejenak kisah nyata ini: saya kenal orang tua yang sudah menikah 10 tahun, namun belum mempunyai anak, padahal baik sang pria maupun perempuannya sama-sama sehat (sel telur dan sel spermanya cukup sehat untuk dibuahi dan membuahi). Jadi anda berasal darimana ? Ya, dari Sang Pencipta. Kesadaran ini penting, karena “anak” sesungguhnya adalah titipan dari Sang Pencipta (dikatakan oleh Kahlil Gibran). Dengan menyadari bahwa kita adalah titipan dari Sang Pencipta, tentunya kita harus memelihara tubuh ini dengan sebaik-baiknya (bayangkan bila anda menerima hadiah dari orang yang mencintai anda, tentunya hadiah itu akan anda pelihara dengan baik; apalagi tubuh ini, yang merupakan hadiah dari Sang Pencipta). Kesadaran ini seharusnya membuat kita tidak merusak tubuh ini, titipan dari Sang Pencipta (karena banyak orang yang merusaknya dengan sabu-sabu, narkoba dan lain-lainnya)

Q Untuk apa saya hidup ?
Setelah dilahirkan kedunia, timbul pertanyaan berikutnya yaitu untuk apa saya hidup dan dilahirkan kedunia ?
Hidup adalah untuk beribadah, dalam ibadah dan doa-doa kita, yang kita doakan adalah orang-orang lain yang kita cintai dan mencintai kita, kita doakan agar mereka dipenuhi dengan kebahagiaan. Jadi, tujuan hidup kita adalah untuk berbahagia dan membuat orang lain berbahagia.

Q Kemana akhirnya saya akan pergi ?
Kembali kepada Sang Pencipta, dengan mempertanggungjawab-kan tugas-tugas kita selama hidup. Kita tidak kembali dengan “lenggang kangkung” dan lapor “saya kembali”, ataupun melaporkan bahwa kita sudah mempunyai lima rumah, empat mobil, 10 hektar sawah; Melainkan kita harus melaporkan berapa banyak orang yang sudah saya bahagiakan!!!!

Setelah mengenali siapa diri saya ini, maka saya bisa mencintainya dengan sebaik-baiknya; Setelah itu barulah saya bisa mencintai orang lain. Dan wujud cinta kepada orang lain itu adalah melalui “melayani” (service).

Pelayanan (service) ini adalah kata kunci untuk keberhasilan bisnis masa sekarang ini, hanya perusahaan yang dapat memberikan pelayanan terbaiklah yang akan tetap dicari pelanggan. Kita bisa belajar dari hukum alam yang bernama hujan. Alam tidak pernah mengukur berapa banyak air yang harus diuapkannya, alam juga tidak peduli bahwa kadangkala bahkan hujannya jatuh ditempat yang jauh dari tempat ia diuapkan. Semakin banyak air yang diuapkan maka semakin banyak pula hujannya.

2. Berpikir Positif

Cara pandang kita senantiasa melihat hal-hal kecil saja, cenderung mem-besar-besarkan masalah (pepatah mengatakan kuman diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak terlihat). Kita seringkali memakai teropong kehidupan kita secara terbalik, melihat dari lobang yang besar sehingga yang terlihat hanya yang kecil-kecil saja!!!

Cara berpikir kita dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau, harapan-harapan masa mendatang; Baik pengalaman masa lampau maupun harapan masa mendatang, bisa baik-bisa juga buruk, yang buruk biasanya mendatangkan pengalaman traumatis. Misalnya orang yang pernah digigit anjing, saat melihat anjing yang terbayang dalam pikirannya adalah rumah sakit (karena akibat digigit anjing dia pernah dirawat di rumah sakit). Beberapa orang yang melihat seorang gadis memakai bikini, pikirannya bisa bermacam-macam tergantung kepada harapan-harapannya.

Ada cerita tentang seorang salesman BH Triumph di New York, suatu hari salesman A diutus oleh sales managernya untuk memasarkan BH Triumph sebanyak-banyaknya di negara X di Afrika. Setelah sampai disana, ternyata dia menemukan bahwa semua perempuan disana tidak memakai BH, dia merasa putus asa dan tidak ada prospect, akhirnya dia minta ijin untuk kembali saja, dan boss nya mengijinkan. Keesokan harinya bossnya panggil salesman B, dia disuruh ke negeri X di Afrika itu untuk memasarkan BH Triumph (tentu saja sales manager itu tidak menceritakan pengalaman salesman A). Salesman B berangkat, sesampainya di negeri X itu, hatinya berbunga-bunga, dia melihat “pasar” yang sangat besar, karena semua perempuan disana belum memakai BH, oleh karena itu dia segera menghubungi boss nya dan minta segera dikirimkan 100 ribu lusin BH, karena dia akan membuat semua perempuan itu termasuk ratunya memakai BH!!!

Suatu sore hujan sangat lebat, seorang sales manager sebuah perusahaan farmasi mengumpulkan para medical representatifnya dan bertanya “Saudara-saudara, diluar hujan lebat, apa yang akan anda lakukan dalam situasi seperti ini?” Sekelompok pertama menjawab “Pak, diluar hujan lebat jadi kami akan pulang untuk beristirahat dan besok bekerja dengan lebih bersemangat”. Kelompok kedua menjawab “Pak, kami akan tinggal di kantor menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pembuatan laporan yang belum selesai”. Kelompok ketiga mengatakan “Pak, dalam situasi begini, med-reps perusahaan pesaing kita akan berpikir seperti teman-teman kami tadi, ditambah lagi biasanya kalau hujan begini praktek dokter agak sepi; Jadi, kami akan segera berkunjung kepada dokter-dokter tersebut dan memperkenalkan produk-produk baru kita.” Menurut Anda, mana dari ketiga kelompok tadi yang paling baik? (peserta menjawab kelompok tiga) Yah, karena mereka tidak dibatasi oleh uraian pekerjaan semata, tetapi mereka memiliki willingness to do more (kemauan untuk melakukan sesuatu yang lebih, daripada hanya yang tertulis didalam uraian pekerjaan).

Bersikap positif berarti dapat membalik “piring kehidupan” seperti yang dialami Thomas Alfa Edison (penemu bola lampu pada percobaan ke 10.000 kali), pada usia 14 tahun dia sedang melakukan percobaan di atas sebuah gerbong kereta api yang menjadi langganannya, rupanya salah rumus kimia sehingga timbul kebakaran sehingga akhirnya dia dipukuli oleh awak kereta api dan dibuang keluar dari gerbong tersebut; Sejak saat itu dia menjadi setengah tuli. Orang mengatakan kasihan Edison, tetapi dia membalik piring kehidupannya, sesuatu yang dilihat orang sebagai malapetaka justru dianggapnya sebagai rahmat, ia mengatakan ketulian ini rahmat bagi saya, karena saya dapat melakukan penelitian-penelitian dengan lebih seksama tanpa gangguan suara-suara dari luar.

Setiap hari kita menghadapi peperangan kehidupan, untuk memilih antara bersikap positif atau menjadi reaktif serta bersikap negatif. Apakah Anda pernah mendengar nama Otto Von Bismarck ? (dia adalah seorang jenderal perang Prusia yang terkenal suka duel). Pada suatu hari dia tersinggung oleh ucapan seorang profesor yang bernama Virchow, oleh karena itu dia menantang Virchow untuk berduel. Pada hari yang ditentukan, dengan berkereta kuda mereka bertemu di arena pertarungan. Bismarck menawarkan kepada Virchow untuk terlebih dahulu memilih senjata yang akan digunakan dalam duel tersebut; Akan tetapi Virchow mengeluarkan dua buah sosis dari kantong jasnya dan berkata “Salah satu sosis ini adalah berisi kuman-kuman yang mematikan, sedangkan satunya lagi adalah sosis biasa, jadi silahkan anda pilih terlebih dahulu dan kita akan memakannya bersama-sama” Akhirnya dengan pandangan marah Bismarck meninggalkan arena, dia dikalahkan oleh sebuah sosis.
Pembaca yang budiman, dalam kehidupan kita juga terjadi seperti itu, kita dihadapkan setiap saat pada pilihan dua buah sosis tersebut, apa yang akan kita pilih tergantung kepada diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar