Selasa, 10 Maret 2009

Insan Luar Biasa Seri VII

Untuk berpikir dan bertindak untuk diri sendiri,
Untuk meraih segala keuntungan hasil kerja sendiri,
Dan untuk menghadapi dunia dengan berani dan berkata: "Ini telah kulakukan"
Segalanya ini memberi makna seorang insan (Bait terakhir)
Untuk berpikir dan bertindak untuk diri sendiri..........
Seringkali orang bertindak dulu baru kemudian kalau sudah "kepentok" baru berpikir; Cobalah kita mengingat kembali saat pertama kali kita membeli pesawat televisi, apa yang kita lakukan? Biasanya begitu pulang ke rumah, pesawat televisi langsung di "connect" ke sumber listrik dan dinyalakan; Saat, misalnya tidak keluar gambarnya barulah kita mencari buku manual (petunjuk pemakaian) untuk mencari penyebab dan jalan keluarnya. Atau saat kita menerima suatu penugasan baru, banyak orang yang langsung bertindak.... tanpa membuat perencanaan terlebih dahulu (didalam Seven Habits dari Steven Covey dikatakan bahwa kita perlu pertama-tama mulai dari "cetak biru", pikiran dulu, rencana dulu..... baru aksi). Pikir dulu baru bertindak, pikiran mendahului tindakan. Kata "untuk diri sendiri" seolah-olah terkesan egosentris, tetapi sesungguhnya kata ini mau mengajarkan kepada kita bahwa baik pikiran maupun tindakan kita sesungguhnya adalah tanggung jawab pribadi kita. Seringkali orang, bila berhasil dianggapnya hasil kerjanya sendiri, sebaliknya bila gagal dianggapnya hasil kerja orang lain alias orang lainlah yang bertanggung jawab.
Untuk meraih segala keuntungan hasil kerja sendiri.....
Apabila kita telah melakukan segala sesuatunya secara benar, maka pantaslah kita meraih keuntungan hasil kerja sendiri. Seringkali kita mendapatkan atasan yang mengklaim suatu hasil karya besar sebagai hasil kerjanya (padahal yang melakukan bawahannya), sebaliknya menyalahkan bawahan atau menuding bawahan sebagai penyebab suatu kegagalan.
Untuk menghadapi dunia dengan berani.......
Dunia kita ini sudah penuh dengan kegelapan, frustrasi, iri hati, dendam, sakit hati yang terkadang sangat melukakan. Untuk menghadapinya diperlukan keberanian, hati yang terbuka seluas samudera, sikap mental positif, optimisme yang besar.
Dan berkata:"Ini telah kulakukan"; segalanya ini memberikan makna seorang insan!......
Adakah diantara kita yang kenal kakek buyut kita? (siapa namanya, apa kedudukannya, lahirnya dimana, kerjanya apa dan lain sebagainya); Pastilah kebanyakan diantara kita akan menjawab "tidak kenal", sebagian kecil mungkin menjawab "tahu" tapi tidak "kenal" karena mungkin hanya tahu namanya saja.
Tetapi bila saya bertanya:"Ada seorang yang hidup kira-kira semasa dengan kakek buyut anda, yang menggunakan kuda putih sebagai kendaraannya, berpakaian serba putih bahkan sorban putih" apakah anda mengenalnya? Saya yakin, hampir 100% dari anda akan menjawab "Pangeran Diponegoro, dari Jawa Tengah". Anda tidak hanya tahu namanya, tetapi juga tahu asalnya, kedudukannya, pangkatnya, gelarnya, keluarganya. Siapakah Pangeran Diponegoro bagi anda? Kakek buyut bukan, saudara bukan..... tetapi anda mengenalnya?
Karena Pangeran Diponegoro tercatat namanya dalam sejarah, lalu mengapa kita tidak membuat nama kita tercatat dalam serjarah, minimal dalam silsilah dan sejarah keluarga besar kita nanti. Bila kita tidak mampu jadi pohon beringin, jadilah pohon mangga, bila tidak mampu jadi pohon mangga jadilah pohon cabe, bila tidak mampu jadi pohon cabe minimal jadilah rumput yang hijau..... yang mampu membuat hati yang keras jadi melembut selembut hamparan rerumputan yang menghijau.... yang siapa tahu dapat menghijaukan taman hati kita. Biarlah sejarah hidup kita akan dicatat oleh anak cucu keturunan kita nantinya dan bila ini dapat terjadi maka hidup kita akan bermakna! Inilah makna seorang Insan! Sukses meraih 4-TA (harTA, takhTA, kaTA, cinTA) setinggi-tingginya serta menebarkannya sebagai ladang amal bagi sesama, menjadi mulia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar