Selasa, 03 Maret 2009

Insan Luar Biasa Seri III

Aku siap menghadapi resiko terencana, berangan-angan dan membina untuk gagal dan sukses (bait ketiga)
Senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi yang bagaimanapun sulitnya, gelapnya.... karena percayalah setelah gelap terbitlah terang, diujung dari gelapnya terowongan akan ditemui terang kembali, setelah gelap gulita malam yang pekat akan muncul matahari terang benderang.
Pada waktu anak saya memutuskan untuk menikah, saya bertanya: "apakah kalian sudah siap", "sudah" jawab mereka. Pengertian "siap" kami mungkin berbeda, kesiapan disini berarti mulai dari persiapan "tetek bengek" acara ritual perkawinan, persiapan tempat tinggal mereka setelah menikah, kesiapan menerima latar belakang keluarga-pendidikan-adat istiadat yang berbeda, kesiapan untuk menerima pasangan hidupnya apa adanya, kesiapan untuk menerima kehadiran buah hati apabila Allah sudah berkehendak, kesiapan untuk membesarkan anak, dan ratusan kesiapan lainnya.
Demikian juga dengan kehidupan kita ini, siap menghadapi bentuknya mulai dari yang terjelek sampai dengan yang terbaik. Kebanyakan orang hanya siap menghadapi yang terbaik dan tidak siap untuk menerima yang terjelek. Apabila flashback ke tahun 1998 saat "bencana" krisis terjadi, banyak orang yang tidak siap..... banyak orang terganggu secara mental karena "simpanan" di bank menguap tak tentu arah, bisnis hancur, keluarga berantakan karena banyak yang menjadi korban kekerasan dan sebagainya.
Kecuali terjadi "force major" sebenarnya segala sesuatu dapat diantisipasi dan dipersiapkan. Siap menghadapi resiko terencana: mengapa terencana?
Karena apabila kita telah merencanakan segala sesuatunya, berarti kita juga telah siap menerima hasilnya -apapun bentuknya- dan hasil akhir dari suatu aksi hanya ada dua gagal atau berhasil.
Berangan-angan dan membina
Rencana yang telah kita susun hendaknya tidak hanya menjadi sekadar angan-angan yang mengawang-awang dan tidak membumi.... karena apabila itu terjadi berarti kita menjadi sekedar bermimpi. Oleh karena itu angan-angan hendaknya disusul dengan aksi, membina berarti melakukan tindak lanjut. Banyak orang pintar membuat rencana, terampil membuat proposal akan tetapi tidak pernah sampai pada tujuannya karena tidak pernah bergerak, hanya diam ditempat.
Untuk gagal dan sukses
Kenapa gagal dulu? Karena menurut orang bijaksana, kita belajar dari kegagalan; Akan tetapi tentunya, tidak harus selalu gagal dulu baru sukses. Kalimat ini mau mengingatkan kita bahwa bila gagal jangan pernah berhenti, kita siap menghadapi kegagalan tersebut, dan kembali bangkit karena sadar bahwa diujung "jalan" tersebut telah menanti kesuksesan. Berkaca dari Thomas Alva Edison yang ribuan kali mengalami "kegagalan" namun tetap ulet melakukan percobaan dan penelitian sehingga akhirnya setelah lebih dari 10.000 kali behasil membuat bola lampu menyala dengan sempurna. Dia tidak berhenti belajar meskipun dikeluarkan dari sekolah pada saat kelas 4 SD.
Seorang anak bayi, belajar membalikkan badan, belajar mengangkat badan, belajar berdiri, belajar berjalan..... dan dalam proses tersebut ribuan kali jatuh... namun tetap bangkit berdiri lagi; Tetapi semangat ini rasanya sudah banyak berkurang dan bahkan hilang, tidak mau untuk bangkit berdiri lagi setelah jatuh.
Marilah pada hari ini, kita bulatkan tekad untuk tetap bangkit berdiri, apapun "kejatuhan" yang menimpa kita. Senyumlah dan hadapi segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar