Senin, 30 Maret 2009

Pembelajaran dari sejumput tragedy


Ditengah proses pembelajaran untuk menjadi SuksesMulia, perkenankan saya merenung sejenak:


Proses Pembelajaran dari sejumput tragedy

Subuh penuh pembelajaran
Selepas sholat subuh di sepagi itu, Allah memberikan pembelajaran….. sebuah tanggul jebol dan meluluh-lantakkan ikon keindahan diseputaran Ciputat. Disana ada kemaksiatan, disana ada kampus yang nota bene mendidik insan cendekia berakhlak mulia, disana ada area tuk melepas kepenatan (sekedar lari dari rutinitas yang mencekik leher, batin dan mental), dan disana ada sebuah rumah untuk bertemu dengan PenciptaNya (Mesjid yang nyaris utuh, yang masih menunggu diisi oleh JamaahNya) dan area wisata.
Sekian waktu sesudahnya……
Tempat yang telah luluh lantak itu, masih jadi obyek wisata….. orang-orang narsis yang mencari popularitas diatas penderitaan saudara-saudaranya, dengan pose-pose aneka rupa.
Tempat yang menyisakan duka bagi keluarga yang ditinggalkan tuk selamanya, menyedot energi sekitar (yang sayangnya dikeluarkan setelah musibah terjadi) berupa mie instant, pakaian bekas layak pakai, buku dan seragam sekolah layak pakai serta segala sesuatu yang ber “label layak pakai”; Barang-barang yang kemudian menggunung sehingga harus “diuangkan” karena tak ada tempat lagi tuk menampung. Bila masalahnya adalah “kebutuhan” uang tunai, marilah kita berandai-andai bermatematika sederhana: seorang caleg DPRD tingkat II, akan menghabiskan dana sekitar 500 juta; satu tingkat diatasnya menghabiskan dana sekitar 1 milyar; Berapa trilyun yang bisa dikumpulkan dari mereka? Untuk kebutuhan saudara-saudara kita di Situ Gintung?
Ajang tragedi malah kemudian menjadi ajang “perang argumentatif” yang pasti tak akan ada ujungnya! Sementara korban tetap menderita! Siapa peduli? Pejabat cari selamat, calon pejabat cari hormat!
Bangsa kita memiliki banyak sekali tarian daerah, tetapi “menari” diatas penderitaan orang lain….. duh Gusti, serasa “urat malu” hamba nyaris putus, tak berani membuka tutup muka ini….tuk menatap penderitaan mereka.
Saudara-saudaraku di Situ Gintung, biarlah air mata menjadi kering ‘tuk mengeluarkan kotoran-kotoran mata yang menumpuk selama ini, melihat yang seharusnya tak dilihat. Biarlah kuping kalian tertutup….. ketimbang mendengar khotbah dan pituah-pituah untuk menarik simpati, biar dipilih jadi wakil kalian.
Tetapi bukalah tetap hati kalian, biarlah hati “mereka” tertutup.

Subuh yang lain
Ditempat yang jauh di hari berbeda, di subuh yang berbeda pula…. Allah memberikan pembelajaran lain, “galodo” melanda Sumatera Barat Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya. Akankah “kalian” tetap menutup mata dan telinga “hati” ? Masih belum cukup pembelajaran ini? Ditambah lagi Kutai Kertanegara, Kalimantan. Duh Gusti… Lapindo pun belum selesai!

Indonesia baru tidak membutuhkan khotbah berkepanjangan, tidak butuh segala macam orasi dan janji-janji (yang seringkali lain di bibir lain di hati !)…. Yang dibutuhkan adalah tindakan nyata! Marilah mulai dari diri kita sendiri, mulai dari lingkungan kerja kita, lingkungan keluarga kita…. Menebar rahmat, memberi manfaat! DK,31/03/09

2 komentar:

  1. saya sangat terharu, semoga semua bisa berpegang di jalan allah swt.

    iwan = www.link-dbs.com

    BalasHapus
  2. amin, mas Iwan terima kasih sudah singgah di "rumah" saya; Silahkan jalan-jalan juga di paviliun sebelahnya http://RumahSakitHati-Online.blogspot.com

    BalasHapus